ISSN: 2089-8118
Pengaruh Faktor Motivasi Terhadap Kinerja Aparat Pemungut Retribusi
Pasar di Kabupaten Bulukumba
OLEH:
HARTINI SE,.MM.
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh faktor
motivasi yang meliputi kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi dan kebutuhan
kekuasaan (power) terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar di Kabupaten
Bulukumba. Dan Untuk mengetahui faktor yang paling
dominan diantara kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi, dan kebutuhan
kekuasaan terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar.
Obyek penelitian adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Bulukumba, sebagai sampel
yaitu 43 orang. Alat analisis
yang digunakan yaitu Uji Instrument, Uji Multikolinieritas
dan analisis data penelitian.
Hasil analisis
disimpulkan bahwa variabel kebutuhan
prestasi, kebutuhan afiliasi, dan kebutuhan power (kekuasaan) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar di
Kabupaten Bulukumba.
Kata
Kunci: Kinerja, Kebutuhan dan Motivasi
PENDAHULUAN
Kebijaksanaan Pemerintah
dalam hal Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah menandai
babakan baru bagi rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah perlu sumber pembiayaan yang
terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah
dan lain-lain penerimaan yang sah.
Salah satu pos penerimaan
Kabupaten Bulukumba yang memberikan kontribusi cukup memadai pada penerimaan
daerah adalah Retribusi Pasar.
Besarnya penerimaan dari
sumber tersebut diatas tentu akan berubah sesuai dengan kemajuan dan
perkembangan perekonomian Kabupaten Bulukumba sehingga sangat memungkinkan
mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Persoalan yang timbul
adalah dengan dihapuskannya pemberian insentif kepada petugas pemungut
retribusi berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 903/2429/SJ
perihal Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2006 dan pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2005, maka hal ini dikhawatirkan menjadi
penyebab terjadinya penurunan realisasi penerimaan retribusi pasar, kemungkinan
itu antara lain karena :
1.
Petugas
pemungut retribusi sebagian besar berstatus non PNS (honorer) yang relatif
tidak berpendapatan tetap.
2.
Kemungkinan
terjadinya kebocoran-kebocoran penerimaan retribusi karena petugas pemungut
melakukan kecurangan.
Salah satu bentuk motivasi
yang diberikan kepada aparat pemungut Retribusi non PNS adalah dalam bentuk
pemberian biaya operasional yang jumlahnya diperhitungkan berdasarkan besarnya
retribusi pendapatan yang dihasilkan oleh aparat pemungut yang bersangkutan.
Motivasi merupakan salah
satu fungsi manajemen yang berfungsi untuk menimbulkan dorongan atau yang
mendorong untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau yang telah ditentukan, agar
pimpinan dapat melaksanakan motivasi secara efisien dan efektif maka perlu
mengetahui tingkat kebutuhan manusia dalam hal ini aparat pemungut retribusi
pasar.
Aparat pemungut retribusi
sebagai individu tentunya memiliki harapan, kebutuhan, minat dan potensi diri.
Manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, baik jenis maupun
tingkatannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, dan
kebutuhan tersebut baik kebutuhan material/kebendaan maupun kebutuhan non
material.
Berkaitan dengan motivasi aparat
pemungut retribusi maka penelitian ini mengacu pada teori Mc.Clelland karena
sangat erat kaitannya dengan kebutuhan manusia yaitu pertama kebutuhan prestasi dapat diartikan bahwa aparatur pemungut
retribusi akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motif
berprestasi tinggi. Kebutuhan akan prestasi dapat diartikan bahwa aparat
pemungut retribusi pasar akan mampu mencapai kinerja maksimal jika memiliki
motivasi untuk mendapatkan prestasi. Kedua
kebutuhan untuk berafiliasi diartikan bahwa merupakan suatu keinginan untuk
melakukan hubungan yang bersahabat dan hangat dengan orang lain, kebutuhan ini
sama dengan kebutuhan sosial dari Maslow
dimana aparatur pemungut retribusi memiliki keinginan yang kuat untuk
bersahabat, menyesuaikan diri dengan sikap dan perilaku wajib retribusi yang
terkadang sulit menerima kewajibannya sebagai pengguna layanan pasar. Ketiga kebutuhan untuk kekuasaan dimana
aparat pemungut retribusi pasar membutuhkan kekuatan untuk mempengaruhi dan
mengendalikan orang lain dan bertanggung jawab kepadanya.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini adalah
merupakan penelitian dasar (basic
research) yang bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Pelaksanaan
penelitian ini berupa pengumpulan data dilakukan melalui jalur library research dan field research yaitu masing-masing :
a.
Library Research adalah upaya perolehan data/informasi
dan teori/peralatan analisis dengan melakukan kegiatan pembacaan buku,
literature, Koran, brosur dll. Data yang diperoleh dengan library research ini pada umumnya adalah data sekunder.
b. Field
Research yaitu pada
umumnya diperoleh data primer yaitu data utama dalam analisis.
HASIL
DAN PEMBAHAWAN
Mengacu pada hasil pengujian
terhadap hipotesis yang telah dijelaskan sebellumnya, rnaka pada bagian ini akan dilakukan
pembahasan terhadap hasil sebagai berikut :
1. Variabel kebutuhan Prestasi (X1)
Dari hasil regresi tersebut
maka dapat diketahui bahwa kebutuhan prestasi (Xi) mempunyai
hubungan positif terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar (Y). Variabel
kebutuhan prestasi (Xi) menunjukkan angka koefisien sebesar 0,453 Pengaruh
kebutuhan prestasi (Xi) terhadap kinerja aparat pemunguCretribusi pasar diketahui melalui
tingkat signifikansi berdasarkan uji t. Hasil uji t untuk kebutuhan akan prestasi diperoleh T
hitung sebesar 3.809 sedangkan T tabel pada tingkat kepercayaan 5% ( a = 0,05)
sebesar 2,023. Dengan demikian jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel,
dapat dinyatakan bahwa variabel kebutuhan prestasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja aparat
pemungut retribusi pasar.
Implikasi hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kebutuhan akan prestasi kerja yang tinggi akan mempengaruhi
kinerja dari aparat pemungut retribusi
pasar di Kabupaten Bulukumba. Seperti yang diungkapkan dalam buku Fred Luthans bahwa orang dengan
tingkat prestasi/pencapaian tinggi (high achiever) menganggap penyelesaian tugas
merupakan hal yang menyenangkan secara pribadi; mereka tidak mengharapkan atau
menginginkan penghargaan material.
Ilustrasi dari karakteristik ini adalah uang, tetapi bukan
untuk alasan umum seperti menginginkan uang demi kepentingan diri sendiri atau
untuk benefit material yang dapat dibeli. Orang yang n Ach tinggi mencari uang sebagai bentuk umpan balik atau ukuran
atas apa yang mereka lakukan. Jika diminta memilih antara tugas mudah dengan
upah tinggi atau tugas lebih sulit dengan upah lebih rendah, orang yang sukses
mungkin memilih yang kedua.
2. Variabel
Kebutuhan Afiliasi (X2)
Berdasarkan hasil regresi tersebut diatas maka dapat
dijelaskan bahwa kebutuhan afiliasi (X2) yang merupakan variabel
independent menunjukkan hubungan yang sesuai pula dengan hipotesis yang
ditetapkan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai parameter dari variabel tersebut,
yang mempunyai hubungan positif terhadap kinerja aparat pemungut retribusi
pasar (Y). Nilai koefisien regresi kebutuhan afiliasi (X2) adalah
sebesar 0,244. Pengaruh kebutuhan afiliasi (X2) terhadap kinerja
aparat pemungut retribusi pasar diketahui melalui tingkat signifikansi
berdasarkan uji t. Hasil pengujian uji t untuk Upah pekerja kebersihan
diperoleh t hitung sebesar 2,107 sedangkan t tabel pada
tingkat kepercayaan (a = 0,05) sebesar 2,023 dengan demikian maka nilai t
hitung lebih besar dari t tabel sehingga hal ini dapat
dinyatakan bahwa variabel kebutuhan afiliasi pengaruhnya signifikan terhadap
kinerja aparat pemungut retribusi pasar.
Implikasi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan
akan afiliasi akan mempengaruhi kinerja dari aparat pemungiat retribusi pasar
di Kabupaten Bulukumba. Kebutuhan akan afiliasi ini sama dengan kebutuhan
social dari Maslow dimana aparatur pemungut retribusi memiliki keinginan yang
kuat untuk bersahabat, menyesuaikan diri dengan sikap dan perilaku wajib
retribusi yang terkadang sulit menerima kewajibannya sebagai pengguna layanan
pasar.
3. Variabel kebutuhan Power (kekuasaan) (X3)
Dari hasil regresi sebelumnya maka dapat diketahui bahwa
variabel kebutuhan power (kekuasaan) (X3) sebagai variabel
independent menunjukkan hubungan yang sesuai dengan hipotesis yang telah
diajukan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai parameter dari variabel tersebut,
dimana mempunyai hubungan positif terhadap kinerja aparat pemungut retribusi
pasar (Y). Kebutuhan akan power (X3) menunjukkan koefisien sebesar
0,593. Pengaruh kebutuhan akan power (X3) terhadap kinerja aparat
pemungut retribusi pasar diketahui melalui tingkat signifikansi berdasarkan uji
t. Hasil pengujian uji t untuk kebutuhan akan power diperoleh th;t„ng sebesar
4,803 sedangkan ttabel pada tingkat (a = 0,05) dengan sebesar 2,023 dengan
demikian maka nilai t hitung lebih besar dari t tabel
sehingga hal ini dapat dinyatakan bahwa variabel kebutuhan akan power mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar.
Implikasi hasil penelitian ini menun.jukkan
bahwa kebutuhan akan kekuasaan (power) akan mempengaruhi kinerja dari aparat
pemungut retribusi pasar di Kabupaten Bulukumba. Kekuasaan (power) adalah
kemampuan yang berpotensi untuk memengaruhi perilaku orang lain. Karena
kekuasaan datang dari struktur organisasi, kekuasaan tersebut mendorong adanya
stabilitas, ketertiban dan penyelesaian masalah dalam struktur tersebut. Disisi
lain kekuasaan datang dari sumbersumber pribadi yang tidak diinvestasikan
dalam organisasi, seperti minat, tujuan,dan nilai pribadi. Kekuasaan mendorong
adanya visi kreatifiitas, dan perubahan dalam organisasi (Josh Raskin ).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan oleh
penulis, maka dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan antara
kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi, dan kebutuhan power (kekuasaan)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparat pemungut retribusi
pasar di Kabupaten Bulukumba. Hal ini telah dibuktikan dengan bantuan program
SPSS dimana dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda dengan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Variabel kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi, dan
kebutuhan power (kekuasaan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
aparat pemungut retribusi pasar di Kabupaten Bulukumba. Hasil analisis pengaruh
prestasi (X1), afiliasi (X2), power (X3) terhadap kinerja aparat pemungut
retrihusi pasar (Y) Di Kabupaten Bulukumba, menghasilkan nilai koefisien
determinasi ( R Squared = R2) = 0,610 menunujukkan bahwa variasi
variabel terikat (dependent) dapat dijelaskan oleh model atau keseluruhan
variabel bebas (independent) sebesar 61,0 % dan sisanya sebesar 39,0 %,
dijelaskan oleh variabel diluar model.
2.
Variabel
yang paling dominan mempengaruhi kinerja aparat pemungut retribusi pasar (Y)
adalah variabel kebutuhan power (kekuasaan) dengan nilai standardized
coefficients (beta) sebesar 0,540 Kebutuhan akan power (X3)
menunjukkan koefisien sebesar 0,593. Pengaruh kebutuhan akan power (X3)
terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar diketahui melalui tingkat
signifikansi berdasarkarl uji t. Hasil pengujian uji t untuk kebutuhan akan
power diperoleh thitung sebesar 4,803 sedangkan t tabel pada tingkat (a = 0,05)
dengan sebesar 2,023 dengan demikian maka nilai t hitung lebih besar dari t tabel,
sehingga hal ini dapat dinyatakan bahwa variabet kebutuhan akan power mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar.
B.
Saran
1.
Untuk
Pemerintah Kabupaten Bulukumba khususnya instansi terkait (Dinas Pendapatan
Daerah) disarankan untuk mempertimbangkan kemungkinan pengangkaian bagi petugas
pemungut retribusi untuk diangkat menjadi CPNS dengan urutan prioritas
berdasarkan umur sebagaimana pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS yang
diatur dengan PP Nomor 84 Tahun 2006.
2.
Bagi
tenaga sukarela kiranya tetap dapat dipertahankan untuk melakukan tugas
pemungutan retribusi melalui Surat Keputusan Bupati dan lebih jauh diupayakan
diangkat menjadi tenaga kontrak (honorer) untuk dipertimbangkan pengangkatannya
menjadi CPNS.
3.
Untuk
peneliti selanjutnya disarankan untuk mengembangkan variabel penelitian, dengan
menggunakan variabel - variabel lain selain yang digunakan dalam model analisis
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buchari,
zainun, 1997, Manajemen dan Motivasi, Balai aksara, Jakarta
Desler,
Gary 1992, Manajemen Sumber Daya Manusia, Prenhalindo, Jakarta
Drucker,
Peter.F, Manajemen. 1974, William Heinemann Ltd, London
Faisal,
Sanapiah, 1999, Format-Format Penelitian Sosial, edisi 1, cetakan ke 4 PT.
Praja Grafindo Persada Jakarta
Fred
Luthans, 2006, Perilaku Organisasi (terjemahan) Penerbit ANDI Yogyakarta
Hasibuan
Malayu, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT. Gunung Agung,
Jakarta
Marihot.P.Siahaan
2005. Pajak Daerah dan Ratribusi Daerah. Rajawali Pers Jakarta
Maslow.Abraham
1984. Motivasi dan Kepribadian (terjemahan) Pustaka Binaan Pressindo
Prawirosentoso.S.
1999. Manajemen Sumber Daya Manusia : Kebijakan Kinerja Karyawan.
BPFE-UGM, Yogyakarta
Richard
L.Draft 2006 Management, edisi 6 buku 2 Salemba Empat. Thomson Learning
Singapore.
Sedarmayanti
2001 Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Penerbit Mandar Maju, Bandung
Vuincent.B.
2000 Manajemen Produktifitas Total. Gramedia Jakarta
Wahjosumidjo
1982 Kepemimpinan dan Motivasi, Ghalia Indonesia, Jakarta
Winarno.S.
1989 Dasar dan teknik Riset Pengantar Metode Ilmiah. Tersite, Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar