Senin, 30 Juli 2012

E-JURNAL

ISSN: 2089-8118
Pengaruh Faktor Motivasi Terhadap Kinerja Aparat Pemungut Retribusi Pasar di Kabupaten Bulukumba

OLEH:
HARTINI SE,.MM.

ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh faktor motivasi yang meliputi kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi dan kebutuhan kekuasaan (power) terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar di Kabupaten Bulukumba. Dan Untuk mengetahui faktor yang paling dominan diantara kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi, dan kebutuhan kekuasaan terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar.

Obyek penelitian adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bulukumba, sebagai sampel yaitu 43 orang. Alat analisis yang digunakan yaitu Uji Instrument, Uji Multikolinieritas dan analisis data penelitian.

Hasil analisis disimpulkan bahwa variabel kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi, dan kebutuhan power (kekuasaan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar di Kabupaten Bulukumba.

Kata Kunci: Kinerja, Kebutuhan dan Motivasi



PENDAHULUAN
Kebijaksanaan Pemerintah dalam hal Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah menandai babakan baru bagi rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah perlu sumber pembiayaan yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan lain-lain penerimaan yang sah.
Salah satu pos penerimaan Kabupaten Bulukumba yang memberikan kontribusi cukup memadai pada penerimaan daerah adalah Retribusi Pasar.
Besarnya penerimaan dari sumber tersebut diatas tentu akan berubah sesuai dengan kemajuan dan perkembangan perekonomian Kabupaten Bulukumba sehingga sangat memungkinkan mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Persoalan yang timbul adalah dengan dihapuskannya pemberian insentif kepada petugas pemungut retribusi berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 903/2429/SJ perihal Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2006 dan pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2005, maka hal ini dikhawatirkan menjadi penyebab terjadinya penurunan realisasi penerimaan retribusi pasar, kemungkinan itu antara lain karena :
1.    Petugas pemungut retribusi sebagian besar berstatus non PNS (honorer) yang relatif tidak berpendapatan tetap.
2.    Kemungkinan terjadinya kebocoran-kebocoran penerimaan retribusi karena petugas pemungut melakukan kecurangan.
Salah satu bentuk motivasi yang diberikan kepada aparat pemungut Retribusi non PNS adalah dalam bentuk pemberian biaya operasional yang jumlahnya diperhitungkan berdasarkan besarnya retribusi pendapatan yang dihasilkan oleh aparat pemungut yang bersangkutan.
Motivasi merupakan salah satu fungsi manajemen yang berfungsi untuk menimbulkan dorongan atau yang mendorong untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau yang telah ditentukan, agar pimpinan dapat melaksanakan motivasi secara efisien dan efektif maka perlu mengetahui tingkat kebutuhan manusia dalam hal ini aparat pemungut retribusi pasar.
Aparat pemungut retribusi sebagai individu tentunya memiliki harapan, kebutuhan, minat dan potensi diri. Manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, baik jenis maupun tingkatannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, dan kebutuhan tersebut baik kebutuhan material/kebendaan maupun kebutuhan non material.
Berkaitan dengan motivasi aparat pemungut retribusi maka penelitian ini mengacu pada teori Mc.Clelland karena sangat erat kaitannya dengan kebutuhan manusia yaitu pertama kebutuhan prestasi dapat diartikan bahwa aparatur pemungut retribusi akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motif berprestasi tinggi. Kebutuhan akan prestasi dapat diartikan bahwa aparat pemungut retribusi pasar akan mampu mencapai kinerja maksimal jika memiliki motivasi untuk mendapatkan prestasi. Kedua kebutuhan untuk berafiliasi diartikan bahwa merupakan suatu keinginan untuk melakukan hubungan yang bersahabat dan hangat dengan orang lain, kebutuhan ini sama dengan kebutuhan sosial dari Maslow dimana aparatur pemungut retribusi memiliki keinginan yang kuat untuk bersahabat, menyesuaikan diri dengan sikap dan perilaku wajib retribusi yang terkadang sulit menerima kewajibannya sebagai pengguna layanan pasar. Ketiga kebutuhan untuk kekuasaan dimana aparat pemungut retribusi pasar membutuhkan kekuatan untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain dan bertanggung jawab kepadanya.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah merupakan penelitian dasar (basic research) yang bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Pelaksanaan penelitian ini berupa pengumpulan data dilakukan melalui jalur library research dan field research yaitu masing-masing :
a.    Library Research adalah upaya perolehan data/informasi dan teori/peralatan analisis dengan melakukan kegiatan pembacaan buku, literature, Koran, brosur dll. Data yang diperoleh dengan library research ini pada umumnya adalah data sekunder.
b.    Field Research yaitu pada umumnya diperoleh data primer yaitu data utama dalam analisis.

HASIL DAN PEMBAHAWAN
Mengacu pada hasil pengujian terhadap hipotesis yang telah dijelaskan sebellumnya, rnaka pada bagian ini akan dilakukan pembahasan terhadap hasil sebagai berikut :
1. Variabel kebutuhan Prestasi (X1)
Dari hasil regresi tersebut maka dapat diketahui bahwa kebutuhan prestasi (Xi) mempunyai hubungan positif terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar (Y). Variabel kebutuhan prestasi (Xi) menunjukkan angka koefisien sebesar 0,453 Pengaruh kebutuhan prestasi (Xi) terhadap kinerja aparat pemunguCretribusi pasar diketahui melalui tingkat signifikansi berdasarkan uji t. Hasil uji t untuk kebutuhan akan prestasi diperoleh T hitung sebesar 3.809 sedangkan T tabel pada tingkat kepercayaan 5% ( a = 0,05) sebesar 2,023. Dengan demikian jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel, dapat dinyatakan bahwa variabel kebutuhan prestasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar.
Implikasi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan prestasi kerja yang tinggi akan mempengaruhi kinerja dari aparat pemungut retribusi pasar di Kabupaten Bulukumba. Seperti yang diungkapkan dalam buku Fred Luthans bahwa orang dengan tingkat prestasi/pencapaian tinggi (high achiever) menganggap penyelesaian tugas merupakan hal yang menyenangkan secara pribadi; mereka tidak mengharapkan atau menginginkan penghargaan material.
Ilustrasi dari karakteristik ini adalah uang, tetapi bukan untuk alasan umum seperti menginginkan uang demi kepentingan diri sendiri atau untuk benefit material yang dapat dibeli. Orang yang n Ach tinggi mencari uang sebagai bentuk umpan balik atau ukuran atas apa yang mereka lakukan. Jika diminta memilih antara tugas mudah dengan upah tinggi atau tugas lebih sulit dengan upah lebih rendah, orang yang sukses mungkin memilih yang kedua.
2.    Variabel Kebutuhan Afiliasi (X2)
Berdasarkan hasil regresi tersebut diatas maka dapat dijelaskan bahwa kebutuhan afiliasi (X2) yang merupakan variabel independent menunjukkan hubungan yang sesuai pula dengan hipotesis yang ditetapkan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai parameter dari variabel tersebut, yang mempunyai hubungan positif terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar (Y). Nilai koefisien regresi kebutuhan afiliasi (X2) adalah sebesar 0,244. Pengaruh kebutuhan afiliasi (X2) terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar diketahui melalui tingkat signifikansi berdasarkan uji t. Hasil pengujian uji t untuk Upah pekerja kebersihan diperoleh t hitung sebesar 2,107 sedangkan t tabel pada tingkat kepercayaan (a = 0,05) sebesar 2,023 dengan demikian maka nilai t hitung lebih besar dari t tabel sehingga hal ini dapat dinyatakan bahwa variabel kebutuhan afiliasi pengaruhnya signifikan terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar.
Implikasi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan afiliasi akan mempengaruhi kinerja dari aparat pemungiat retribusi pasar di Kabupaten Bulukumba. Kebutuhan akan afiliasi ini sama dengan kebutuhan social dari Maslow dimana aparatur pemungut retribusi memiliki keinginan yang kuat untuk bersahabat, menyesuaikan diri dengan sikap dan perilaku wajib retribusi yang terkadang sulit menerima kewajibannya sebagai pengguna layanan pasar.
3. Variabel kebutuhan Power (kekuasaan) (X3)
Dari hasil regresi sebelumnya maka dapat diketahui bahwa variabel kebutuhan power (kekuasaan) (X3) sebagai variabel independent menunjukkan hubungan yang sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai parameter dari variabel tersebut, dimana mempunyai hubungan positif terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar (Y). Kebutuhan akan power (X3) menunjukkan koefisien sebesar 0,593. Pengaruh kebutuhan akan power (X3) terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar diketahui melalui tingkat signifikansi berdasarkan uji t. Hasil pengujian uji t untuk kebutuhan akan power diperoleh th;t„ng sebesar 4,803 sedangkan ttabel pada tingkat (a = 0,05) dengan sebesar 2,023 dengan demikian maka nilai t hitung lebih besar dari t tabel sehingga hal ini dapat dinyatakan bahwa variabel kebutuhan akan power mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar.
Implikasi hasil penelitian ini menun.jukkan bahwa kebutuhan akan kekuasaan (power) akan mempengaruhi kinerja dari aparat pemungut retribusi pasar di Kabupaten Bulukumba. Kekuasaan (power) adalah kemampuan yang berpotensi untuk memengaruhi perilaku orang lain. Karena kekuasaan datang dari struktur organisasi, kekuasaan tersebut mendorong adanya stabilitas, ketertiban dan penyelesaian masalah dalam struktur tersebut. Disisi lain kekuasaan datang dari sumber­sumber pribadi yang tidak diinvestasikan dalam organisasi, seperti minat, tujuan,dan nilai pribadi. Kekuasaan mendorong adanya visi kreatifiitas, dan perubahan dalam organisasi (Josh Raskin ).
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan oleh penulis, maka dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi, dan kebutuhan power (kekuasaan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar di Kabupaten Bulukumba. Hal ini telah dibuktikan dengan bantuan program SPSS dimana dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda dengan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.    Variabel kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi, dan kebutuhan power (kekuasaan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar di Kabupaten Bulukumba. Hasil analisis pengaruh prestasi (X1), afiliasi (X2), power (X3) terhadap kinerja aparat pemungut retrihusi pasar (Y) Di Kabupaten Bulukumba, menghasilkan nilai koefisien determinasi ( R Squared = R2) = 0,610 menunujukkan bahwa variasi variabel terikat (dependent) dapat dijelaskan oleh model atau keseluruhan variabel bebas (independent) sebesar 61,0 % dan sisanya sebesar 39,0 %, dijelaskan oleh variabel diluar model.
2.    Variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja aparat pemungut retribusi pasar (Y) adalah variabel kebutuhan power (kekuasaan) dengan nilai standardized coefficients (beta) sebesar 0,540 Kebutuhan akan power (X3) menunjukkan koefisien sebesar 0,593. Pengaruh kebutuhan akan power (X3) terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar diketahui melalui tingkat signifikansi berdasarkarl uji t. Hasil pengujian uji t untuk kebutuhan akan power diperoleh thitung sebesar 4,803 sedangkan t tabel pada tingkat (a = 0,05) dengan sebesar 2,023 dengan demikian maka nilai t hitung lebih besar dari t tabel, sehingga hal ini dapat dinyatakan bahwa variabet kebutuhan akan power mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja aparat pemungut retribusi pasar.
B. Saran
1.    Untuk Pemerintah Kabupaten Bulukumba khususnya instansi terkait (Dinas Pendapatan Daerah) disarankan untuk mempertimbangkan kemungkinan pengangkaian bagi petugas pemungut retribusi untuk diangkat menjadi CPNS dengan urutan prioritas berdasarkan umur sebagaimana pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS yang diatur dengan PP Nomor 84 Tahun 2006.
2.    Bagi tenaga sukarela kiranya tetap dapat dipertahankan untuk melakukan tugas pemungutan retribusi melalui Surat Keputusan Bupati dan lebih jauh diupayakan diangkat menjadi tenaga kontrak (honorer) untuk dipertimbangkan pengangkatannya menjadi CPNS.
3.    Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk mengembangkan variabel penelitian, dengan menggunakan variabel - variabel lain selain yang digunakan dalam model analisis ini.

DAFTAR PUSTAKA
Buchari, zainun, 1997, Manajemen dan Motivasi, Balai aksara, Jakarta

Desler, Gary 1992, Manajemen Sumber Daya Manusia, Prenhalindo, Jakarta

Drucker, Peter.F, Manajemen. 1974, William Heinemann Ltd, London

Faisal, Sanapiah, 1999, Format-Format Penelitian Sosial, edisi 1, cetakan ke 4 PT. Praja Grafindo Persada Jakarta

Fred Luthans, 2006, Perilaku Organisasi (terjemahan) Penerbit ANDI Yogyakarta

Hasibuan Malayu, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT. Gunung Agung, Jakarta

Marihot.P.Siahaan 2005. Pajak Daerah dan Ratribusi Daerah. Rajawali Pers Jakarta

Maslow.Abraham 1984. Motivasi dan Kepribadian (terjemahan) Pustaka Binaan Pressindo

Prawirosentoso.S. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia : Kebijakan Kinerja Karyawan. BPFE-UGM, Yogyakarta

Richard L.Draft 2006 Management, edisi 6 buku 2 Salemba Empat. Thomson Learning Singapore.

Sedarmayanti 2001 Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Penerbit Mandar Maju, Bandung

Vuincent.B. 2000 Manajemen Produktifitas Total. Gramedia Jakarta

Wahjosumidjo 1982 Kepemimpinan dan Motivasi, Ghalia Indonesia,  Jakarta

Winarno.S. 1989 Dasar dan teknik Riset Pengantar Metode Ilmiah. Tersite, Bandung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar